JAPEK Elevated Toll Road
Jalan Toll Jakarta – Cikampek Elevated Menggunakan Tiang Baja
Konsorsium Waskita-Acset Garap Proyek Ruas Tol Jakarta-Cikampek II Elevated
Duet PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) berhasil memenangkan kontrak pembangunan proyek jalan tol Jakarta-Cikampek II elevated senilai Rp 13,5 triliun.
Proyek sepanjang 38,6 kilometer (km) yang terbentang dari Cikunir sampai dengan Karawang Barat tersebut diperoleh dari PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) atau pemegang konsesi. Penandatangan kontrak proyek tersebut sudah digelar pada 27 Februari 2017.
Kerja sama operasi (KSO) antara kedua perusahaan kontruksi tersebut akan menggarap konstruksi tol Jakarta-Cikampek Elevated selama 24 bulan setelah surat perintah melaksanakan pekerjaan dikeluarkan oleh BUJT.
Dalam KSO tersebut WSKT memiliki porsi sebesar 51% dan akan menggarap ruas dari Cikunir hingga Cikarang sepanjang 19,7 Km.
Sedangkan Acset menggenggam kepemilikan sebesar 49%. Dengan begitu, Waskita telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 6,9 triliun dari tol Jakarta-Cikampek II Elevated dan Acset meraup kontrak anyar sebesar Rp 6,6 triliun.
Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated merupakan solusi dari masalah tingkat kepadatan Jalan Tol Jakarta-Cikampek I yang kian tinggi.
Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated diproyeksikan dapat menampung tambahan volume kendaraan di samping jalan tol yang telah ada sekarang, sehingga diharapkan dapat menjadi titik terang untuk mencapai kelancaran transportasi dan arus logistik yang lebih handal dari ibu kota ke daerah-daerah di Pulau Jawa.
Dono Parwoto, kuasa dari KSO Waskita-Acset mengatakan, pembangunan proyek tersebut harus dilakukan dengan efek yang seminimal mungkin ke Jalan Tol Jakarta-Cikampek I yang akan tetap beroperasi selama masa pembangunan berlangsung.
Meskipun tidak ada proses pembebasan lahan yang harus dilakukan, namun diperlukan komitmen terhadap nir-kecelakaan kerja (zero fatality) karena tol ini dibangun berdampingan dengan proyek Light Rapid Transit (LRT) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (High Speed Train/HST) di sisi kanan kiri ruas utama jalan tol layang.
“Keterlibatan Waskita dan ACSET dalam proyek ini mencerminkan partisipasi aktif dalam sektor percepatan pembangunan infrastruktur. Kami akan menorehkan sejarah dengan menjaga komitmen kami terhadap zero accident dan menyelesaikan pembangunan dengan tepat waktu,” ujar Dono Parwoto dalam keterangan resmi, Selasa (28/2/2017).
Proyek tol Jakarta-Cikampek II Elevated telah menambah daftar proyek konstruksi tol yang digarap Waskita.
Direktur Utama Waskita, Muhammad Choliq mengatakan, tahun ini, pihaknya masih akan fokus membidik kontrak baru dari proyek tol sejalan dengan target mereka mengejar konsensi di proyek jalan bebas hambatan.
Namun, Choliq belum bisa mengungkapkan pencapaian kontrak anyar perusahaan hingga saat ini. Tahun 2017, Waskita menargetkan kontrak baru Rp 80 triliun. ” Sebagian besar dari target kontrak baru ditargetkan dari jalan tol,” katanya. – tribunnews.com
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Jakarta-Cikampek Elevated Ditandatangani
Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek Jadi yang Pertama Gunakan Tiang Baja
Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II elevated dan Tol KLBM Mulai 2017
Pembangunan dua jalan tol baru, Tol Jakarta-Cikampek II elevated dan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) segera dilakukan. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) kedua tol tersebut dilakukan pihak Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) terkait, disaksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimoeljono, Senin (5/Des).
BUJT Jakarta-Cikampek II (Elevated) adalah konsorsium PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Ranggi Sugiron Perkasa. Sedangkan BUJT KLBM adalah PT Waskita Bumi Wira (WBW), yang merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Waskita Toll Road (55 persen), PT Energi Bumi Mining (25 Persen) dan PT Panca Wira Usaha (20 persen).
Menteri Basuki mengatakan, salah satu yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kedua jalan tol tersebut adalah metode kerja dan manajemen pengendalian konstruksi serta tetap memperhatikan estetika pada lokasi pembangunan. “Hal ini terutama saat pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II elevated, mengingat jalan tol ini akan dibangun tepat pada media jalan tol Jakarta-Cikampek eksisting,” ungkapnya.
Mengingat pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) dilakukan bersamaan dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur lainnya seperti Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, maka dalam pembangunannya Perseroan menggunakan konsultan jasa Project Management agar integrasi pelaksanaan konstruksi proyek dapat terkoordinasi dengan baik untuk meminimalkan gangguan lalu lintas yang terjadi selama masa konstruksi.
Pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II elevated akan membentang dari Cikunir hingga Karawang Barat bertujuan agar lalu lintas jarak jauh yang menuju Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dapat mengakses koridor Jakarta-Cikampek dengan menggunakan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) sehingga waktu tempuh lebih pendek.
Rencananya pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) terdiri dari 9 seksi yaitu Seksi Cikunir-Bekasi Barat (2,99 km), Seksi Bekasi Barat-Bekasi Timur (3,63 km), Seksi Bekasi Timur-Tambun (4,34 km), Seksi Tambun-Cibitung (3,30 km), Seksi Cibitung-Cikarang Utama (4,46 km), Seksi Cikarang Utama-Cikarang Barat (2,72 km), Seksi Cikarang Barat-Cibatu (3,16 km), Seksi Cibatu-Cikarang Timur (2,45 km), dan Seksi Cikarang Timur-Karawang Barat (9,79 km).
Sedangkan tol KLBM dengan panjang 38,29 Km terbagi menjadi 4 seksi yakni Seksi I Krian-Kedamen (9,5 Km), Seksi II Kedamen-Boboh (9,1 Km), Seksi III Boboh-Bunder (10,57 Km), dan Seksi IV Bunder-Manyar (9,12 Km). Total nilai investasi kedua jalan tol ini mencapai lebih dari Rp 28 triliun.
Pembangunan ini membantu meningkatkan pelayanan jalan tol Jakarta-Cikampek eksisting yang telah menjadi salah satu ruas utama distribusi barang & jasa sejak pertama kali dioperasikan pada 1988. Sejalan dengan kebutuhan lalu lintas, Jasa Marga telah melakukan pelebaran secara bertahap pada ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang semula hanya memiliki jumlah lajur 2×2 kini sebagian besar telah memiliki jumlah lajur 2×4. Saat ini volume lalu lintas telah melebihi kapasitas ruas jalan tersebut dengan V/C Rasio tertinggi mencapai 1,51, yang artinya volume lalu lintas telah melebihi 1,51 kali dari kapasitas jalan tersedia.
Di sisi lain, ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek sudah tidak dapat dilakukan pelebaran kembali, sehingga konstruksi Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang berupa jalan layang dibangun di atas jalan tol eksisting dengan jumlah lajur 2×2 dengan nilai investasi mencapai Rp. 16 triliun. Untuk investasi pembangunan jalan tol tersebut, Konsorsium Jasa Marga dan PT Ranggi Sugiron Perkasa mendirikan PT Jasamarga Jalan layang Cikampek dimana kepemilikan saham Jasa Marga adalah sebesar 80% dan PT Ranggi Sugiron Perkasa sebesar 20%.
Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) direncanakan akan dibangun mulai Triwulan II 2017 dan ditargetkan beroperasi pada 2019 dengan masa konsesi selama 45 tahun. Konstruksi direncanakan dimulai pada Semester I 2017 dengan target LHR pada 2019 sebesar 21.718 kendaraan dengan nilai investasi Rp 12,22 triliun. Jumlah lajur yang akan dibangun sebanyak 2×2 lajur untuk tahap I dan 2×3 untuk ultimate. Kontrak konstruksi pada pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) menggunakan Contractor Pre Financing (CPF) dimana kontraktor akan mendanai proyek terlebih dahulu.
Sebagai informasi kedua jalan tol ini merupakan proyek yang diprakarsai oleh pihak swasta di luar rencana Pemerintah. Pengusahaan keduanya juga merupakan proyek-proyek prakarsa pertama jalan tol yang menggunakan mekanisme penjaminan. Dengan hal tersebut, diharapkan dapat menurunkan resiko investasi, memingkatkan bankability sehingga meningkatkan minat swasta dan perbankan untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur.
Jalan tol Jakarta-Cikampek II elevated sepanjang 36,4 Km dan jalan tol KLBM sepanjang 38,29 Km diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kepadatan lalu lintas di wilayah sekitarnya, terutama memperlancar distribusi logistik yang dapat mengurangi biaya logistik secara ekonomis. – truckmagz.com
editor: lea