Saturday, December 30, 2023
Google search engine
HomePerusahaanBUMNPresiden Jokowi Berencana Jual 800 Anak Perusahaan BUMN?

Presiden Jokowi Berencana Jual 800 Anak Perusahaan BUMN?

Catatan Media:  Pemerintah akan menata ulang BUMN dan anak perusahaan BUMN

Presiden Berencana Jual 800 Anak Perusahaan BUMN

Presiden Joko Widodo menyepakati usulan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk melebur sedikitnya 800 anak perusahan BUMN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Usulan tersebut telah disampaikan Preside kepada para menteri dalam sidang kabinet paripurna, kemarin.

“Saya sudah perintahkan kemarin, yang 800 dimerger. Atau kalau perlu dijual,” kata Presiden menutup Rakornas Kadin 2017 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa 3 Oktober 2017.

Presiden mengungkapkan, saat ini terdapat lebih dari 800 anak perusahaan BUMN dari total 118 perusahaan induk BUMN. Jumlah tersebut memang harus dilebur untuk menciptakan efesiensi. Terlebih kata Presiden, banyak anak perusahaan yang mengerjakan proyek di luar koridor perusahan pelat merah.

“Ngapain BUMN ngurusin katering, nyuci baju. Langsung saya tunjuk langsung. Saya terbiasa blakblakan seperti itu. Untuk apa gitu,” tutur dia.

Menurutnya, jumlah anak perusahaan BUMN yang ada saat ini muncul jauh sebelum dirinya menjabat orang nomor satu di Indonesia. Presiden mengaku heran kenapa hal tersebut baru dikeluhkan menjelang masa pemerintahannya berakhir.

“Tapi yang buat anak cucu cicit bukan saya, kan sudah ada dari dulu. Kenapa ngomongnya baru sekarang bapak ibu. Jangan-jangan  juga ada yang main politik,” imbuh mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Meski demikian, Presiden sudah memerintahkan proyek pembangunan infrastruktur di daerah digarap oleh swasta.

“Saya sudah perintahkan untuk yang berkaitan dengan BUMN yang didaerah. Diusulkan ke pengusaha-pengusaha yang ada di daerah. Pada pertemuan berikut saya minta masukan problem disetiap daerah apa,” tutupnya.
-Metronews.com – Selasa, 03 Oct 2017 20:06 WIB

Jokowi ingatkan Menteri Rini soal anak perusahaan BUMN

Merdeka.com – Saat ini, ada 118 BUMN dengan ‘anaknya cucunya’ yang mencapai 800. Hal ini pun menjadi keluhan para pengusaha sebab seringkali BUMN mengambil proyek-proyek kecil yang seharusnya bisa dikerjakan oleh usaha kecil dan menengah.

Persoalan ini pun dikeluhkan para pengusaha kepada Presiden Joko Widodo yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) saat Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Tahun 2017, di Ballroom, Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa malam (3/10).

Presiden Joko Widodo pun menjelaskan terkait menjamurnya Badan Usaha Milik Negara beserta ‘anak cucunya’. Jokowi menegaskan, menjamurnya ‘anak cucu’ BUMN sudah ada sejak ia menjabat pada 2014.

“Yang buat anak cucu cicit bukan saya, kan sudah ada dari dulu. Kenapa ngomongnya baru sekarang bapak ibu semuanya? Jangan-jangan juga ada yang mau main politik?” sindir Jokowi seperti dilansir dari Antara.

Meski merasa tak bertanggung jawab dengan menjamurnya anak dan cucu BUMN, Jokowi mengaku sudah meminta Menteri BUMN untuk segera melakukan pembenahan. Instruksi ini bahkan sudah disampaikan Jokowi dalam rapat kabinet paripurna, Selasa malam (2/10).

“Pak Rosan (Ketum Kadin) belum ngomong di sini, saya sudah perintahkan di paripurna kemarin. Silakan tanya menteri yang hadir, kemarin saya marahin enggak?” ujar Jokowi.

Jokowi mengaku sudah meminta agar 800 “anak cucu” BUMN yang ada saat ini dimerger atau dijual. Terutama, BUMN yang kerap menggarap proyek-proyek kecil yang berbenturan dengan usaha kecil menengah.

“Ngapain BUMN ngurusin catering, ngurusin baju,” kata dia, disambut tawa hadirin.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Rakornas yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan KADIN, Maruarar Sirait, sangat senang dengan kehadiran pengurus KADIN dari 34 provinsi, serta ratusan pengurus dari kabupaten/kota. Ia juga senang dengan kehadiran Presiden Joko Widodo di tengah kesibukannya yang luar biasa.

“Presiden Jokowi sudah lama tidak hadir di acara KADIN. Kini hadir di tengah kesibukannya yang luar biasa. Bahkan Pak Jokowi bersedia meluangkan waktu untuk mendetailkan masalah dan solusinya baik dari sisi aturan, kebijakan, anggaran atau juga pelaksanaannya,” tutupnya. [fik]

Said Didu: Banyak Anak Perusahaan BUMN Lahir dari ‘Perselingkuhan’

Presiden Joko Widodo dalam rapat paripurna di Istana Negara beberapa waktu lalu memerintahkan agar 800 anak usaha BUMN dimerger atau dijual.

Menurut Presiden, tidak perlu ada lagi BUMN yang mengurusi soal katering atau laundry.

Bekas Sekretaris Jenderal Kementerian BUMN Said Didu mengamini mengenai keburukan pendirian anak perusahaan BUMN. Said Didu bahkan mengungkapkan tidak sedikit didirikan dari hasil perselingkuhan.

“Terhadap pembenahan anak-anak perusahan di luar core bisnis, saya setuju karena tidak sedikit anak-anak BUMN setelah saya adalah lahir dari perselingkuhan orang yang berkepentingan untuk ikut memakan daging di BUMN,” kata Said Didu saat diskusi ‘Monopoli BUMN?’ di Menteng, Jakarta, Sabtu (7/10/2017).

Walau demikian, Said Didu meminta agar penjualan anak perusahaan BUMN itu dikaji secara mendalam.

 

Said mengingatkan terminologi menjual anak perushaan BUMN bisa menimbulkan kecurigaan publik bahwa seakan-akan BUMN mau dijual untuk membiayai infrastruktur.

Saya pikir Presiden kan pada saat kampanye mengatakan mau membeli Indosat, tapi kok sekarang berbalik mau menjual BUMN. Saya pikir perlu dipertimbangkan. Mungkin saja bukan itu maksudnya,”  ungkap Said.

Said mengkritik jika memang penjualan itu untuk biayai sejumlah pembangunan infrastruktur. Said menyarankan agar pembangunan infrastruktur yang belum mendesak agar ditunda mengingat pertumbuhan ekonomi hanya lima persen atau meleset dari targer tujuh persen.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Said Didu: Banyak Anak Perusahaan BUMN Lahir dari ‘Perselingkuhan’, http://www.tribunnews.com/nasional/2017/10/07/said-didu-banyak-anak-perusahaan-bumn-lahir-dari-perselingkuhan.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Malvyandie Haryadi

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments