Friday, June 21, 2024
Google search engine

Apa Itu Budaya K3?

Budaya K3

Beberapa definisi ekspilisit dan implisit dari budaya keselamatan dan kesehatan kerja telah disebutkan dalam literatur. Definisi yang diberikan oleh Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI) tahun 1993 telah diadopsi oleh Health and Safety Executive dan dinilai paling “eksplisit” dalam buku Lee’s Process Safety Esential. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja didefinisikan sebagai:

“Budaya K3 adalah sebuah produk dari nilai dalam individu dan kelompok, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku yang menentukan komitmen untuk melakukan sesuatu, serta gaya dan profisiensi dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari sebuah organisasi. “

Selain definisi dari Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penting juga bagi kita untuk membedakan antara budaya Keselamatan dan kesehatan kerja serta iklim K3. Berdasarkan pendapat Cooper (2000), terminologi budaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan untuk mengacu pada budaya dalam segala aspeknya seperti tindakan-tindakan yang pekerja lakukan serta mengacu juga pada aspeks situasional dalam perusahaaan seperti “apa yang organisasi miliki”. Ikilm K3 harus digunakan untuk mengacu pada karakter psikologis dari pekerja seperti “apa yang pekerja rasakan”, didampingi oleh nilai-nilai, sikap serta persepsi dari pekerja terkait keselamatan dalam sebuah organisasi. Budaya dapat dipandang sebagai sebuah  latar belakang (background) pengaruh dalam sebuah organisasi, sedangkan iklim lebih terlihat di depan (foreground). Sehingga, iklim K3 berganti lebih cepat dan siap dibandingkan dengan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Budaya Secara Umum
4 Ciri Budaya:

  1. Mayoritas atau hampir masyarakat tsb melakukan kegiatan yang dianggap mempunyai makna tertentu atau juga sering disebut dengan kebiasaan yang dilakukan terus menerus
    *Bila hanya sebagian saja masyarakat yang melakukan kegiatan kebiasaan tersebut maka belum bisa dinamakan Budaya
  2. Ada yang dinamakan Nilai yang dianut dalam Budaya atau Nilai dari kegiatan atau kebiasaan tersebut
  3. Sikap dan perilaku masyarakat tersebut akan selalu sejalan dengan nilai yang dianut atau dimiliki, serta sarana yang dimiliki untuk menunjang nilai-nilai budaya tersebut.
  4. Konsisten melakukan nilai-nilai budaya itu terus-menerus, bukan pada saat tertentu saja (musiman).

Sama halnya dengan gambaran penjelasan diatas, budaya K3 harus memiliki 4 ciri seperti diatas.

Budaya K3

  1. Adanya komitmen (commitment) dari pimpinan perusahaan

    Tanpa komitmen ini maka percuma saja membuat program atau sistem K3, mungkin bisa dibuat, tapi hasilnya akan nihil atau semu. Peran dan komitmen pimpinan disini akan terlihat dari prioritas program atau aktivitas bisnis saat planning, untuk perusahaan yang berisiko tinggi biasanya menjadikan K3 sebagai nilai utama sehingga biasanya program atau aktivitas yang diprioritaskan berhubungan dengan K3. Komitmen pimpinan biasanya juga terlihat saat berperan menjadi sponsor program-program K3, saat menjadi sponsor investigasi kecelakaan kerja dan lain-lain.

  1. Adanya kesadaran (awareness) dari tiap pekerja

  • Tiap pekerja memiliki kewajiban untuk selalu menyadari bahwa bahaya selalu ada di tiap pekerjaan dan tiap pekerja juga harus mengetahui apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir atau menghilangkan dampak dari bahaya tersebut.
  • Kesadaran pekerja biasanya diuji saat pekerja diharuskan memenuhi prosedur K3 saat bekerja seperti identifikasi bahaya, SOP, penggunaan alat pelindung diri, dan sebagainya.
  • Akan percuma jika perusahaan sudah mempunyai sistem manajemen K3 yang baik namun kesadaran dari pekerja terhadap K3 kurang.
  • Ada pendekatan apresiasi Award & Punishment terhadap pekerja yang baik dalam performa K3.
    *Banyak sekali insiden kerja yang akar penyebabnya adalah kesalahan manusia, apa betul? Saya tidak yakin karena kesalahan manusia biasanya berasal dari kelemahan sistem yang seharusnya jadi akar masalah.
  1. Adanya kepatuhan (compliance) yang dipersyaratkan oleh regulator

    Tiap negara termasuk Indonesia memiliki aturan-aturan mengenai K3 untuk menjamin rakyatnya selamat saat bekerja. Namun yang paling terpenting adalah aturan-aturan ini harus betul-betul ditegakan dan diterapkan, pemerintah harus selalu memonitor tiap perusahaan mengenai penerapan aturan ini dan memastikan perusahaan telah patuh terhadap aturan tersebut. Hal ini penting karena tidak sedikit perusahaan “nakal” yang tidak memprioritaskan K3 sebagai nilai utama dalam bisnis mereka.

  1. Adanya hasrat (passion) dari profesional di bidang K3

  • Perlunya peran profesional K3 di tiap perusahaan terutama yang bergelut di industri berisiko menengah atau tinggi atau memiliki banyak pekerja.
  • Profesional K3 yang biasanya ada di dalam departemen SHE atau HSE atau HES atau EHS ini mempunyai peran yang krusial dalam penerapan SMK3. Profesional K3 di berbagai level baik engineer, officer dsb
  • Profesional K3 bergelut di bidang multidisipliner karena bidang pekerjaan yang dihadapi sangat luas mulai dari engineering, data analysis, kesehatan, medis, perilaku manusia, komunikasi training / kampanye K3 dan lain-lain.
  • Profesional K3 juga harus berinteraksi dengan berbagai level mulai dari level front runner untuk menerapkan program K3 dan level manajemen untuk mendapatkan dukungan atau support mengenai program K3 sehingga soft skill disini sangat diperlukan. Karena tantangan yang unik maka profesional K3 harus mempunyai hasrat atau passion yang tinggi terhadap K3.

Ketika 4 peran diatas sudah terpenuhi maka iklim yang ideal untuk menerapkan budaya K3 akan tercapai dan lingkungan kerja yang bebas insiden bukan tidak mungkin dapat tercipta.

Para ahli juga berpendapat:

Konsep Dasar Mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Penyebab Kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan akibat adannya sikap dan perilaku pekerja yang tidak aman dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman.  Hal ini tentunya diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu : tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai, tidak mengikuti prosedur kerja yang telah ditetap, tidak mematuhi peraturan kerja yang sudah ditetapkan, tidak berhati-hati serta kondisi fisik yang lemah namun tetap memaksakan untuk bekerja.

Budaya K3
Merupakan kombinasi dari sikap-sikap, nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, norma-norma dan persepsi dari para pekerja dalamsebuah organisasi, yang memiliki keterkaitan secara bersama terhadap K3 perilaku selamat , dan penerapannya secara praktis dalam proses produksi (Clarke, 2000)
Definisi yang senada dikeluarkan oleh The AdvisoryCommittee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI, 1993) yang yang kemudian diadaptasi, menyatakan bahwa budaya K3 dalam suatu organisasiadalah produk nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola-pola perilaku dari individu dan kelompok yang memiliki komitmen terhadap K3.
Sumber: Berbagai sumber
Editor: Ludy Eqbal Almuhamadi
Cak LEA
eqbal-psp
RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments