Berita Ekonomi Pagi
Berita Global
· Untuk kali pertama dalam sejarah, tingkat inflasi Korea Selatan jatuh di bawah 0%. Tingkat inflasi Korsel turun 0,4% pada September dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan tingkat inflasi negatif pertama sejak data ini dirilis pada 1965 silam. Angka ini juga jauh di bawah nilai tengah prediksi analis sebesar 0,3%. (Kontan)
· Produksi industri Jepang turun 1,2% pada Agustus akibat tekanan perang dagang. Penurunan tersebut melebihi perkiraan analis sebelumnya yang memproyeksi hanya akan ada koreksi 0,5%. Perlambatan ini merupakan sinyal baru bahwa tekanan ekonomi dan sektor industri Jepang semakin meningkat akibat perang dagang AS dengan China. (Kontan)
Berita Domestik
· Cadangan devisa bulan September 2019 berpotensi naik. Aliran modal cenderung lebih banyak masuk karena tingkat suku bunga global cenderung dovish dan pergerakan rupiah cenderung stabil. (Kontan)
· Likuiditas perekonomian Agustus 2019 tumbuh melambat. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Agustus 2019 tumbuh lambat sebesar 7,3% (yoy) atau tercatat sebesar Rp 5.933 triliun. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Juli 2019 yang sebesar 7,8% (yoy).
· Jokowi temui serikat buruh bahas revisi PP Pengupahan dan UU Ketenagakerjaan. pemerintah berencana merevisi sejumlah aturan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Antara lain Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan serta Undang Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (Kontan)
Dollar Index menguat rupiah diperkirakan bergerak melemah. Dollar indeks diperkirakan bergerak menguat ke level 99.4-99.50 terhadap mata uang kuat utama lainya terutama euro. Penguatan dollar ditopang oleh buruknya data ekonomi negara utama Eropa seperti Jerman yang semakin memperburuk prospek ekonomi Eropa. Tercatat inflasi September Jerman sebesar 1,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan Agustus 1,4% (yoy). Rupiah kemungkinan melemah akibat indeks dollar tersebut. Rupiah kemungkinan melemah ke level Rp14.170/USD-Rp 14.200/USD.
Highlights
· Perbankan : Pertumbuhan kredit per Agustus 2019 hanya 8,6% yoy
· ARTO : Akan menggelar rights issue dan akan naik kelas menjadi bank BUKU 2
· ANTM : Laba Bersih 2Q19 +96,5% yoy/+13,1% qoq
· Sektor Coal : Harga Batu Bara Jatuh, Penerimaan Tambang Tak Capai Target
· SSIA : Realisasi Akuisisi Lahan dan Revisi Target Pendapatan
Menanti Rilis Data Inflasi September
Pada perdagangan semalam 30/9/2019 bursa AS ditutup menguat: Dow Jones +0.36%; S&P +0.5% dan Nasdaq +0,75%. Sementara itu bursa Asia ditutup mix, indeks Hang Seng +0.5%, Nikkei -0.6%, Kospi +0.6% dan Shanghai -0.9%. Rilis data Caixin Manufacturing PMI China yang menguat menjadi 51.4 vs 50.2 bulan sebelumnya tidak mampu menahan penurunan indeks Shang Hai. Hal ini disebabkan kabar tersiar bahwa Presiden AS Donald Trump berencana mengusir emiten asal China dari Wall Street. Namun kabar tersebut segera dibantah oleh Juru Bicara Kementerian Keuangan AS. Data PM
Dari benua Eropa, pertumbuhan ekonomi 2Q19 Inggris secara kuartalan turun -0.2% dibanding 1Q19 yang masih tumbuh +0.5%, sementara itu secara tahunan juga melemah menjadi +1.3% dibanding sebelumnya tumbuh +2.1%. Harga minyak Brent turun -1,83% menjadi 60.78 US$/barel dan WTI anjlok -3,29% ke level 54.07 US$/barel, dimana pasokan minyak Arab Saudi telah pulih usai serangan di Saudi Aramco.
Dari dalam negeri, IHSG kemarin masih ditutup tertekan -0.45%. Sepanjang bulan September, Asing telah melakukan net sell sebanyak Rp7,48 triliun. Kondisi politik-sosial domestik kembali memanas akibat aksi demonstrasi yang telah terjadi kurang lebih seminggu berturut-turut. Pagi ini indeks Nikkei dibuka menguat +0.35% sementara Kospi sempat dibuka flat. Dengan aksi demonstrasi dalam negeri dikabarkan masih akan berlanjut, serta pasar yang menunggu data Inflasi September 2019 yang diumumkan oleh BPS, kami perkirakan IHSG akan bergerak flat cenderung melemah.
Baca juga ini: