Friday, December 29, 2023
Google search engine
HomeKonstruksiAlat BeratApakah Risk Base Capital? (RBC)

Apakah Risk Base Capital? (RBC)

Apakah Risk Base Capital? (RBC)

 

Risk Based Capital (RBC) adalah metode perhitungan kesehatan perusahaan asuransi yang diwajibkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Secara sederhana, RBC adalah rasio modal perusahaan asuransi dibandingkan dengan nilai risiko yang dihadapinya.
Bagaimana Cara Menghitung RBC?
Angka RBC bisa didapatkan dari menghitung aset perusahaan dibanding nilai risikonya. Nilai risiko ini bisa didapat dari total semua klaim yang harus dibayar. Rumus RBC = Aset perusahaan / Total klaim yang harus ditanggung.

 

Manfaat Risk Based Capital

 

Perusahaan asuransi harus dapat dipercaya nasabahnya mampu memenuhi jaminan yang ditawarkan. Jika tidak, nasabah akan berhenti membeli produknya. Salah satu indikator yang dapat mengukuhkan kepercayaan publik adalah pembuktian bahwa perusahaan asuransi dalam kondisi keuangan yang sehat.

Apa saja pengukuran tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi berdasarkan POJK Nomor 71 POJK 05 2016?
(2) Pengukuran tingkat kesehatan keuangan Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Tingkat Solvabilitas; b. cadangan teknis; c. kecukupan investasi; d. Ekuitas; e. Dana Jaminan; dan f. ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan.

Pengertian Risk Based Capital atau RBC

risk based capital (rbc)

Risk Based Capital (RBC)

Seperti yang sempat dibahas sedikit sebelumnya, Risk Based Capital atau bisa juga disingkat sebagai RBC adalah suatu metode pengukuran atau penilaian batas dari tingkat solvabilitas sebuah perusahaan asuransi. Dengan mengetahui batas dari tingkat solvabilitas menggunakan RBC, kamu jadi bisa mengetahui tingkat kesehatan dari kondisi keuangan sebuah perusahaan asuransi.

Pada dasarnya, rasio solvabilitas memang cenderung saling berjalan beriringan dengan kondisi keuangan sebuah perusahaan asuransi. Sebagai contoh, makin tinggi tingkat solvabilitas yang dimiliki sebuah perusahaan asuransi, kondisi keuangannya juga bisa dibilang makin sehat. Sebaliknya, kondisi keuangan perusahaan asuransi terbilang mengkhawatirkan jika tingkat solvabilitas yang dimilikinya rendah.

Melalui aktivitas pengukuran batas dari tingkat solvabilitas suatu perusahaan ini, setidaknya terdapat 2 hasil yang mampu diraih. Pertama, memastikan kemampuan dari perusahaan asuransi untuk memenuhi kewajibannya, tak terkecuali dalam pembayaran pengajuan klaim yang dilakukan oleh nasabahnya.

Kedua, mengetahui jumlah modal yang diperlukan dari tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Hal tersebut juga berkaitan pula dengan pengelolaan kekayaan dan juga kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan.

Manfaat dari Mengetahui Risk Based Capital

manfaat rbc

Manfaat RBC

Sebelum memilih suatu produk asuransi sesuai kebutuhan, kamu harus lebih dulu mengetahui bagaimana kondisi keuangan dari perusahaan penyedia layanan tersebut. Dengan kondisi keuangan yang sehat dan stabil, artinya ada jaminan terhadap pertanggungan kerugian atau manfaat ganti rugi yang diderita oleh nasabah sesuai dengan syarat, ketentuan, dan aturan pada polis. Jadi, risiko mengalami penolakan terhadap pengajuan klaim manfaat asuransi akibat kondisi keuangan yang buruk oleh perusahaan asuransi tidak sampai terjadi.

Jika sebuah perusahaan asuransi memiliki kondisi keuangan yang sehat, sudah pasti tingkat kepercayaan dari nasabahnya juga menjadi makin tinggi. Kalau kondisi keuangannya saja menunjukkan indikasi tidak sehat atau bahkan terus merugi dan rawan gulung tikar, nasabah pasti akan berhenti untuk membeli produknya daripada harus menelan pil pahit ke depannya.

Salah satu faktor atau indikasi yang bisa menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan keuangan ini adalah bukti otentik bahwa perusahaan tersebut memiliki kondisi finansial yang sehat dan prima. Inilah yang menjadi salah satu tujuan atau manfaat utama dari RBC.

Tentunya, melalui RBC, kamu tidak hanya mampu mengetahui tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan asuransi. Melainkan, ada sejumlah manfaat lain yang bisa didapatkan melalui perhitungan RBC perusahaan, antara lain:

  • Menjadi data atau informasi dalam melihat kebutuhan dari modal perusahaan untuk mengelola aset kekayaan serta kewajibannya sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapinya.
  • Mengetahui faktor risiko dari kondisi kepailitan atau kebangkrutan.
  • Mengantisipasi dan juga menekan biaya kepailitan atau kebangkrutan.
  • Mengantisipasi terjadinya masalah keuangan, seperti gagal bayar yang mungkin terjadi di masa mendatang.
  • Sebagai data atau informasi bagi pemerintah agar mampu mengetahui nilai aktual dari sebuah ekuitas.
  • Menjadi data atau informasi bagi publik dalam memilih dan menentukan perusahaan asuransi yang kredibel dan dapat dipercaya.

Baca juga: Memahami Arti Neraca Perdagangan, Cara Hitung, Faktor Pengaruh, dan Contohnya

Ketentuan RBC Sesuai dengan Aturan OJK

Jika mengacu pada POJK Nomor 71 tahun 2016, ketentuan terkait RBC minimal menurut OJK atau Otoritas Jasa Keuangan adalah 120%. Hal ini berarti jumlah keseluruhan nilai dari aset bebas maupun kekayaan tersisa pasca perusahaan asuransi mampu memenuhi seluruh kewajibannya adalah paling tidak sejumlah 120% dari tingkat risiko yang dihadapi.

Secara berkala, setiap perusahaan asuransi diharuskan untuk melapor rasio solvabilitas yang dimilikinya pada pemerintah. Jika nilai dari RBC serta rasio kecukupan investasinya di bawah 100% di akhir tahun, perusahaan yang bersangkutan akan dinyatakan mengalami masalah keuangan serta wajib menjalani upaya perbaikan atau penyehatan finansial.

Tidak hanya menentukan nilai minimal RBC saja, OJK juga memiliki hak untuk meminta perusahaan yang bersangkutan untuk menaikkan tingkat solvabilitas apabila dinilai perlu dilakukan. Pihak perusahaan pun harus mampu memenuhi target dari solvabilitas yang sudah ditentukan.

Apabila hal tersebut tidak bisa dipenuhi, pihak perusahaan dilarang membayar atau memberi dividen maupun imbalan dengan bentuk apa saja pada pihak pemilik saham serta stake holder lain. Hal tersebut harus dilakukan dengan tujuan agar pihak perusahaan mampu mencapai tingkat solvabilitas yang ditargetkan terlebih dulu serta menjamin kondisi finansialnya sehat dan stabil, pun sesuai dengan ketentuan RBC menurut OJK.

4 Komponen RBC atau Risk Based Capital

Pada perhitungan RBC atau Risk Based Capital, terdapat 4 komponen yang penting untuk diperhatikan. Keempat komponen tersebut adalah Schedule A atau Asset Default, Schedule B atau Currency Mismatch, Schedule C atau Claim Experience Worse than Expected, dan Schedule D atau Reinsurance Risk. 

Berikut adalah penjelasan dari setiap komponen penting dalam perhitungan RBC tersebut.

1. Schedule A atau Asset Default

Komponen ini digunakan agar mengetahui jumlah dana atau modal yang dibutuhkan agar bisa mengantisipasi risiko penurunan dari nilai kekayaan maupun menghilangnya pemasukan yang berasal dari kekayaan atau aset yang bersangkutan.

2. Schedule B atau Currency Mismatch

Sedangkan untuk schedule B digunakan untuk mengetahui jumlah dana atau modal yang dibutuhkan agar bisa menyiasati risiko fluktuasi dari setiap jenis valuta atau mata uang yang bisa memicu peningkatan total kewajiban yang perlu ditanggung oleh perusahaan. Perhitungan tersebut hanya dibutuhkan apabila perusahaan mempunyai kekayaan maupun kewajiban dalam bentuk valuta asing.

Perlu dipahami bahwa kewajiban dari perusahaan terhadap sebuah mata uang atau valuta lebih besar ketimbang kekayaan, maka setiap selisih dari kewajiban terhadap kekayaan harus dikenakan dengan faktor sejumlah 0,5.

3. Schedule C atau Claims Experience Worse than Expected

Komponen ini berguna dalam perhitungan jumlah dari dana atau modal yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko atas perbedaan dari klaim yang diperkirakan serta klaim yang diajukan sesungguhnya. Penerapan dari perhitungan ini di antaranya untuk mengantisipasi terhadap klaim dari asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan diri.

4. Schedule D atau Reinsurance Risks

Terakhir, pada komponen ini digunakan agar bisa menghitung jumlah dari dana atau modal yang dibutuhkan dan mampu mengantisipasi risiko terjadinya reasuransi akibat kesulitan finansial. Jika kesulitan finansial tersebut terjadi, dampak yang muncul dapat menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban perusahaan guna membayar klaim.

Melalui keempat komponen tersebut, nilai dari RBC sebuah perusahaan asuransi bisa diketahui dengan akurat dan tepat. Tentunya, sebelum memutuskan untuk menggunakan layanannya, pastikan bahwa tingkat solvabilitas perusahaan asuransi tinggi agar mampu memastikan bahwa kondisi keuangannya sehat dan terhindar dari beragam risiko masalah keuangan yang mampu mengganggu manfaat produk keuangan tersebut.

Baca juga: Jarang Diketahui, Ini Pengertian Risk Premium yang Perlu Dipahami Setiap Investor

Cek RBC Perusahaan Asuransi Sebelum Beli Produknya

Setelah memahami tentang apa itu RBC, kamu tentu menyadari akan pentingnya mengecek hal tersebut pada perusahaan asuransi sebelum membeli produknya. Tujuannya tidak lain agar bisa menjamin bahwa perusahaan yang bersangkutan mampu memenuhi kewajibannya dengan maksimal. Barulah dengan begitu kamu dapat memastikan jika manfaat asuransi mampu didapatkan sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi.

 

Other reference:

 

RISK-BASED CAPITAL

Last Updated 11/11/2021                                                                                                                                                                                                 

Issue: Regulators are charged with ensuring that insurance companies can fulfill their financial obligations to policyholders. One way they do this is by imposing a risk-based capital (RBC) requirement. The RBC requirement is a statutory minimum level of capital that is based on two factors: 1) an insurance company’s size; and 2) the inherent riskiness of its financial assets and operations. That is, the company must hold capital in proportion to its risk. RBC is intended to be a regulatory standard and not necessarily the full amount of capital that an insurer would need to hold to meet its objectives.

The purpose of RBC requirements is to identify weakly capitalized companies, which facilitates regulatory actions to ensure policyholders will receive the benefits promised without relying on a guaranty association or taxpayer funds. In essence, the RBC formula calculations are critical thresholds that enable timely regulatory intervention. RBC requirements are not designed to be used as a stand-alone tool in determining financial solvency. Rather, RBC is one of the tools that gives regulators legal authority to take control of an insurance company.

Background: Regulators use RBC requirements to determine the minimum amount of capital required for an insurer to support its operations and write coverage. The RBC standard for life and property/casualty (P/C) companies is based on the Risk-Based Capital (RBC) For Insurers Model Act (#312), which the NAIC adopted in 2012. Likewise, the RBC standard for health insurers is the Risk-Based Capital (RBC) for Health Organizations Model Act (#315), which the NAIC adopted in 2015. The model laws outline methods for measuring this minimum amount of capital.

Before the RBC standard was established, regulators generally used fixed capital standards as a primary tool for monitoring the financial solvency of insurance companies. Under fixed capital standards, every insurance company was required to hold the same minimum amount of capital, regardless of its financial condition, size,  and risk profile. Fixed minimum capital requirements were largely based on value judgements of the drafters of the statutes, and they varied widely among the states.

A large number of insurer insolvencies in the 1980s was the driving force for the NAIC’s RBC standard. A 1992 report by the U.S. General Accounting Office (GAO) details 176 life and health insurer insolvencies from 1975–1990; 80% of these insolvencies occurred after 1982. The multitude of insolvencies made clear the inherent problems with fixed capital standards. One problem was  that fixed capital standards did not address the variation in fundamental risks across sectors and companies. Another problem was that they did not address the differences in the size of insurers in determining the appropriate minimum amount of capital.

In the early 1990s, the NAIC established a working group to look at the feasibility of developing a statutory RBC requirement for insurers. In 1992, the NAIC adopted a life RBC formula, which was implemented in 1993. There are now separate RBC models for each of the primary insurance lines of business: 1) life; 2) P/C; and 3) health. Differences in RBC across lines of business reflect differences in the economic environments facing these companies. Although the components in the RBC calculation differ across lines of business, the formulation is roughly the same. The generic RBC formula works by:

  • Adding up the main risks insurance companies commonly face.
  • Considering potential dependencies among these risks.
  • Allowing for the benefits of diversification.[1]

RBC requirements in life insurance are based on four categories of risk:

  • Asset risk—Asset risk refers to risks associated with investments held by the insurer. These risks include the possibility of default of bonds or loss of market value for equities (mostly common stock).
  • Insurance (underwriting) risk—Insurance (or underwriting) risk reflects the amount of surplus (assets – liabilities) available to offset possible losses from excess claims.
  • Interest rate risk—Interest rate risk involves potential losses due to changing interest rates.[2]
  • Business risk—Business risk reflects the general health of the insurer. This involves largely operational risks, such as the potential for losses or insolvency due to poor management.

There is also a risk category to account for the default of affiliates and off-balance-sheet items such as derivatives. The RBC calculation considers similar risks for health insurers and P/C insurers. However, interest rate risk does not enter the calculation for these lines of insurance business.

Under the RBC system, regulators have the legal authority to take preventive and corrective measures. These measures vary depending on the capital deficiency indicated by the RBC result. Capital sufficiency is the ratio of total adjusted capital to RBC. There are four levels of regulatory intervention.[3] If the ratio is at or above 200%, no regulatory intervention is needed. Below that ratio, interventions range from submission of action plans to a regulatory takeover of the management of the company. If the ratio is below 70%, a regulator is obligated to take over management of the company. These preventive and corrective measures are designed to provide for early regulatory intervention to correct problems before insolvencies become inevitable, thereby minimizing the number and adverse impact of insolvencies.

Status: The RBC system is consistently updated to meet the changing regulatory environment. The Capital Adequacy (E) Task Force and its working groups and subgroups manage the RBC calculations. These groups include the:

RBC formulas are reviewed annually. Adopted Modifications to Risk-Based Capital Formulas since 2019 and the Task Force’s working agenda for 2021 are publicly available on the NAIC website. More details on current-year revisions for RBC reporting can be found in the following newsletters, which were published in July 2021:

The Capital Adequacy (E) Task Force’s 2022 proposed charges include several efforts. First, the RBC working groups would evaluate potential refinements to the RBC formulas implemented in 2021. Second, they would consider improvements to RBC blanks. This includes additional reporting formats within existing RBC blanks. Third, they would monitor accounting and reporting changes resulting from the revised Accounting Practices and Procedures Manual (AP&P Manual). The working groups are also charged with reviewing the effectiveness of RBC policies and procedures, as well as comparability between RBC formulas.

 

[1] See Tom Herzog, “The Simple Algebra of the Square Root Formula Behind RBC and Solvency II,” CIPR Newsletter, Volume 1, October, 2011. Solvency II is the European risk aggregation method (or RBC equivalent).

[2] These risks include disintermediation and spread compression. Disintermediation typically is associated with rising interest rates and involves the surrender of insurance products with fixed payouts (such as fixed annuities) in favor of higher-yielding assets. Spread compression is associated with lower interest rates. For products with fixed payouts, the insurer could find itself earning lower returns on its assets with no commensurate fall in interest rates on liabilities with fixed payouts.

[3] See Martin Eling and Ines Holzmüller, 2008, “An Overview and Comparison of Risk-Based Capital Standards,” Journal of Insurance Regulation26(4), 31–60.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments