Kisah berakhirnya kejayaan organisasi pemuda Budi Utomo
Budi Utomo adalah organisasi pertama yang ada di Indonesia. Pendirian Budi Utomo ini diiringi dengan banyaknya perdebatan antara golongan tua dan golongan muda. Salah satu topik yang diperdebatkan adalah penggunaan Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu, tepatnya dalam menghadapi westernisasi.
Dr. Radjiman mengatakan kalau Bangsa Jawa adalah Jawa, menunjukkan identitasmya sebagai orang Jawa. Sedangkan Cipto Mangunkusumo mengatakan kalau Bangsa Indonesia harus memanfaatkan pendidikan dari Barat dan unsur yang lain supaya bisa memperbaiki derajat kehidupan. Cipto Mangunkusumo juga mengatakan kalau sebelum memecahkan masalah budaya maka permasalahan politik harus diselesaikan terlebih dahulu.
Tujuan politik semakin terlihat di golongan muda dan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Sarekat Islam. Dalam perkembangannya, golongan tua masih meneruskan tujuan Budi Utomo yang disesuaikan dengan situasi politik saat itu, walaupun masih ada golongan muda yang radikal. Sewaktu Dewan Rakyat atau Volksraad dibentuk, banyak wakil Budi Utomo yang ikut serta di dalamnya. Dengan begitu, pemerintah nggak akan curiga ke sifat Budi Utomo yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda baru mengakui Budi Utomo sebagai sebuah organisasi yang resmi pada tahun 1909 bulan Desember. Dukungan pemerintah kolonial ini adalah bagian dari pelaksanaan Politik Etis.
Dukungan dari pemerintah ini membuat Budi Utomo sering dicurigai sebagai organisasi boneka kolonial Belanda oleh masyarakat Bumiputera. Budi Utomo mulai hilang kendali di tahun 1935 dan bergabung menjadi organisasi lain, yaitu Partai Indonesia Raya atau Parindra. Walaupun begitu, kehadiran Budi Utomo sudah menginspirasi para putra Indonesia untuk mendirikan organisasi lain seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah dan yang lainnya. Hal ini juga yang membuat kemerdekaan semakin di depan mata. – merdeka.com
Tulisan atau catatan sejarah tersebut di atas hanyalah untuk mengingatkan ke kita semua, para inisiator, pendiri, para pengurus dan member CEPA, supaya organisasi CEPA yang kita cintai bersama ini nasibnya tidak seperti “Berakhirnya organisasi legendaris Indonesia, yaitu organisasi Pemuda Budi Utomo”.
editor: cak lea
cepagram.com