Latar Belakang
Gejolak Papua merupakan bagian dari aksi protes yang berkelanjutan terhadap tindakan persekusi dan rasisme yang dilakukan oleh salah satu Ormas dan Oknum Aparat terhadap mahasiswa Papua yang berada di Surabaya dan Malang beberapa waktu lalu.
“Pemprov Papua menyatakan empati dan prihatin terhadap insiden yang terjadi di Kota Surabaya, Semarang dan Malang, yang berakibat adanya penangkapan atau pengosongan asrama mahasiswa Papua,” kata Lukas Enembe kepada wartawan, di Jayapura, waktu itu.
Lukas Enembe menyayangkan adanya tindakan rasis oknum aparat saat upaya penangkapan para mahasiswa tersebut. Terlebih, hal tersebut terjadi menjelang perayaan HUT ke-74 RI.
Gejolak Papua Terkini
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan bahwa berdasarkan pantauan timnya, konten Papua terdeteksi bukan hanya berbahasa Indonesia, tapi juga bahasa Inggris. Ada pula yang berbahasa Indonesia dengan tagging (tagar) bahasa asing. Seperti yang diberitakan oleh cnnindonesia.com sore tadi.
“ Itu kami lihat ada 20 negara, lebih dari 20 negara. Lupa saya tepatnya 20 berapa negara yang memang tempat berasal mention. Jadi, isu Papua ini bukan hanya isu domestik tapi ada juga dari internasional, ” katanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Rudiantara juga menjelaskan bahwa umumnya asal negara luar tersebut di Benua Eropa dan Asia.
“ Faktanya yang kami rekam ada dari yang mention tentang Papua. Karena kan kanal yang digunakan itu sudah 500-an ribu lebih. Nah itu ada yang berasal dari luar negeri,” jelasnya.
Masifnya informasi soal Papua paling banyak di Twitter. Lebih dari 90 persen konten tersebar di sana.
Saat ini pemerintah telah mulai membuka akses internet di Bumi Cendrawasih. Pembatasan dilakukan karena banyak informasi bohong yang beredar sehingga memperkeruh suasana di Papua.
“ Artinya nanti data internet bisa jalan lagi. Nah bertahap itu dalam artian kabupaten kotanya, ” ucap Rudiantara.
Tersangka Kerusuhan Papua Bertambah Jadi 78 Orang
Media Diminta Objektif Memberitakan Situasi Papua
Papua Memanas, Menlu Kumpulkan Diplomat Asing
editor: lea